Anda belum Log-in!
Silahkan Log in

Selamat Datang di Portal Digital Content Publisher
Kamis , 25 April 2024

Perpustakaan sebagai jantung pendidikan tinggi di Indonesia, harus mampu memberi kontribusi yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.

TRUNOJOYO » KP&PKL » Manajemen Sumberdaya Perairan
di-posting oleh imam pada 2021-11-08 09:09:43  •  319 klik

PROSEDUR PENGUJIAN ORGANOLEPTIK UDANG VANNAMEI (Litopeneus vannamei) BEKU DAN KUPAS REBUS BEKU DI LABORATORIUM BALAI KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SURABAYA II
disusun oleh Fitri Hidayatun Najah

SubyekORGANOLEPTIK
UDANG VANNAMEI
Kata KunciORGANOLEPTIK
UDANG VANNAMEI

[ Anotasi Abstrak ]

Udang merupakan salah satu komoditi penting dari sektor perikanan yang memiliki nilai jual yang tinggi. Nilai ekspor udang Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa permintaan di pasar dunia terus bertambah setiap tahunnya. Salah satu udang yang dibudidayakan adalah udang vaname. Nababan et al., (2015) melaporkan bahwa udang vannamei mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Udang vaname merupakan salah satu udang yang mempuyai nilai ekonomis dan merupakan jenis udang alternatif yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Budidaya udang vanamei dengan teknologi intensif mencapai padat tebar yang tinggi berkisar antara 100-300 ekor/ (Arifin et al., 2005). Udang telah diolah menjadi berbagai produk, salah satunya dibekukan dalam bentuk whole fresh (utuh), head-off tail on (tanpa kepala tetapi terdapat ekor), peeled (udang kupas) dan udang kupas rebus beku (udang masak). Udang kupas rebus beku menjadi produk yang mempunyai nilai tambah karena memiliki beberapa kelebihan di antaranya warna yang menarik dan praktis untuk disajikan (Herliyani et al., 2013). Udang kupas rebus sama seperti produk perikanan lainnya, merupakan produk pangan yang mudah mengalami kerusakan. Hal ini dikarenakan udang dan produk olahannya mengandung protein tinggi sehingga rentan terhadap aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme akan mengubah stuktur protein daging selama penyimpanan dan akan menghasilkan bau yang tidak sedap (Ndahawali, 2016). Herliany et al., (2013) menyatakan bahwa salah satu parameter dalam kegiatan uji organoleptik pada udang kupas rebus yaitu lapisan coating, lapisan tersebut berfungsi sebagai penghambat terhadap transfer massa (oksigen, kelembaban, lipida, dan zat terlarut) sehinga mampu memperpanjang daya simpan suatu produk. Apabila terjadi kerukasan pada lapisan coating maka akan mengakibatkan fungsi coating sebagai pengemas untuk melindungi bahan pangan akan terganggu, sehingga bahan pangan tersebut cepat mengalami kemunduran mutu. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi coating mampu mempertahankan mutu udang kupas rebus dengan lebih baik dibandingkan tanpa coating. Semakin lama penyimpanan yang dilakukan maka lapisan coating pada udang akan mengalami penurunan, hal tersebut ditandai dengan lapisan coating yang tidak merata pada permukaan udang. Kualitas udang harus dapat dipertahankan dengan cara ditangani dengan hatihati, bersih, dan disimpan pada ruangan dingin dan proses penanganannya harus dilakukan dengan cepat. Yuliati dan Widiya (2017) menyatakan bahwa penanganan udang harus dilaksanakan dengan baik sehingga produk udang beku yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan proses pembekuan karena dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metode lain. Pembekuan dapat mengahambat aktivitas mikroba, mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia, dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan. Proses penanganan udang beku yang baik dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, sortasi, perendaman, penimbangan, pencucian, penyususnan, pembekuan, glazing, pengemasan, pelabelan, cold storage, dan eksport (Zulfikar, 2016). Penanganan yang cepat diperlukan karena perubahan fisik, kimia, dan organoleptik berlangsung dengan cepat setelah udang mati. Udang yang mati akan mengalami perubahan yang mengarah pada pembusukan dan berlangsung dengan cepat. Cara penanganan yang baik dan tepat akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan tidak mudah rusak. Tahapan penanganan udang beku diantaranya penerimaan bahan baku, pencucian tahap I, pelepasan kepala, pencucian tahap II, penilaian, penyeleksian ukuran, sortasi, pencucian tahap III, peimbangan, pecucian dan pembilasan, layering, pembekuan, glazing, pengepakan atau pelabelan, dan disimpan kedalam cold storage untuk menjaga kondisi udang beku agar selama menunggu proses pemasaran tetap dalam kondisi yang segar (Nuryani, 2006). Kesegaran udang merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu produk perikanan. Mutu kesegaran dapat mencakup rupa atau kenampakan, rasa, bau dan tekstur yang secara sadar ataupun tidak sadar akan dinilai oleh pembeli atau pengguna dari produk tersebut (Serdalogu dan Felekoglu, 2001). Putrisila dan Yuliati (2021) menyatakan bahwa hasil pengujian organoleptik pada udang beku dengan nilai 8 memiliki tekstur yang utuh dan padat, kenampakan cemerlang bau segar sehingga udang beku tersebut layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena cara penanganan udang dilakasanakan dengan baik sehingga udang yang dihasilkan tampak mengkilap. Oleh sebab itu, uji organoleptik perlu dilakukan untuk mengetahui mutu udang secara fisik. Uji organoleptik merupakan pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Uji organoleptik yang dilakukan terhadap produk udang beku dan udang kupas rebus beku meliputi lapisan es, pengeringan, perubahan warna, kenampakan, rasa, bau dan tekstur (Herliyani et.al., 2013). Uji organoleptik sangat penting digunakan karena berkaitan dengan penerimaan konsumen terhadap kualitas produk. Sifat organoleptik yang berhubungan dengan sifat fisik, sangat memegang peranan penting untuk menentukan komoditas yang masih segar atau sudah busuk (Sipahutar et al., 2019). Sipahutar et al., (2019) melakukan pengujian organoleptik dengan beberapa parameter yaitu kenampakan, bau, dan tekstur. Kenampakan mempengaruhi penerimaan konsumen, meskipun kenampakan idak menentukan tingkat kesukaan konsumen secara mutlak. Oleh karena itu, pengujian organoleptik penting dilakukan karena berkaitan dengan selera atau penerimaan konsumen terhadap suatu produk perikanan. Dalam melakukan pengujian secara organoleptik perlu diperhatikan syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaanya agar pengujian berjalan sesuai dengan prosedur yang ada dan memiliki hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II merupakan salah satu unit pelaksana teknis yang bergerak dalam bidang pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan sehingga kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dilakukan di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II untuk mengetahui dan memahami pengujian organoleptik pada udang beku dan udang kupas rebus beku

Kontributor: Abdus Salam Junaedi, S.Si., M.Si
Tanggal tercipta: 2021-08-05
Jenis(Tipe): Text
Bahasa: Indonesia
Pengenal(Identifier): TRUNOJOYO-KP-180351100083
No Koleksi: 180351100083


 Download File Penyerta (khusus anggota terdaftar)

 File PDF  1. TRUNOJOYO-KP-22605-180351100083-PKL_FITRI HIDAYATUN NAJAH_180351100083.pdf - 1333 KB


 Dokumen sejenis...

     Tidak ada !

 Dokumen yang bertautan...





 Kembali ke Daftar