Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi literasi digital di kalangan ibu rumah tangga dalam menyikapi berita hoaks menjelang Pemilu Presiden 2024. Subjek penelitian adalah ibu rumah tangga di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, yang dipilih berdasarkan intensitas penggunaan media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan paradigma konstruktivis. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan teknik interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan informasi digital oleh ibu rumah tangga didominasi oleh kepercayaan terhadap jaringan sosial terdekat dan elemen visual seperti tampilan profesional berita. Verifikasi informasi jarang dilakukan karena keterbatasan literasi digital, dengan metode yang digunakan hanya berupa bertanya kepada orang lain atau mencari informasi di internet. Respon terhadap informasi digital cenderung emosional dan impulsif, terutama terhadap berita sensasional, sehingga meningkatkan risiko penyebaran hoaks. Rendahnya tingkat literasi digital menjadi hambatan utama yang menyebabkan ibu rumah tangga sulit menyaring dan mengevaluasi informasi secara mandiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah, masyarakat, dan platform media sosial untuk mengembangkan strategi mitigasi hoaks yang efektif menjelang Pemilu Presiden 2024.


Deskripsi Lain

This study aims to explore digital literacy among housewives in responding to hoax news ahead of the 2024 Presidential Election. The research subjects were housewives in Kemangsen Village, Balongbendo District, Sidoarjo Regency, selected based on their frequent use of social media platforms such WhatsApp and Facebook. The research employed a qualitative descriptive method with a constructivist paradigm approach. Data were collected through semi-structured interviews and analyzed using an interactive technique consisting of data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results revealed that the reception of digital information by housewives was dominated by trust in close social networks and visual elements such professional-looking news appearances. Information verification was rarely conducted due to limited digital literacy, with methods mostly involving asking others searching for information online. Responses to digital information were often emotional and impulsive, especially toward sensational news, increasing the risk of spreading hoaxes. The low level of digital literacy was identified a major obstacle, making it difficult for housewives to filter and evaluate information independently. The findings are expected to serve a reference for the government, communities, and social media platforms in developing effective hoax mitigation strategies ahead of the 2024 Presidential Election.

• ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA DI MEDIA SOSIAL DAN MEDIA MASSA
• Perubahan Gaya Hidup Santri Akibat Penggunaan Media Sosial (Studi Kasus Fashion Santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid Garduwak di Desa Lepelle Kecamatan Robatal Kabupaten Sampang)
• Penggunaan Instagram Sebagai Strategi Social Media Marketing (Studi Kasus Jimshoney Surabaya Dalam Membangun Brand Awareness Dan Media Komunikasi Dengan Pelanggan )
• PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING DAN ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP CUSTOMER ENGAGEMENT PADA FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM @essenzo.indonesia
• Kualifikasi Mengatasnamakan Seseorang Pada Akun Media Sosial