Studi ini bertujuan untuk membahas sistem-sistem yang saling bersimpangan antara ras, gender, dan agama yang dibangun dalam novel Minaret karya Leila Aboulela dan perannya dalam membentuk marginalisasi, agensi, dan hierarki sosial yang dialami oleh karakter utama, Najwa. Seorang wanita Muslim Sudan berkulit berwarna yang dipindahkan dari Khartoum ke penindasan sebagai pekerja domestik di London. Perjalanan Najwa mencerminkan dampak gabungan dari penindasan berbasis ras, gender, dan agama. Menggunakan Teori Ras Kritis (2001), studi ini mengeksplorasi bagaimana ketidaksetaraan sistemik yang berakar pada persimpangan ras, gender, dan pengalaman spiritual berkontribusi pada marginalisasi dirinya sebagai wanita Muslim berkulit berwarna. Konsep Collins tentang “gambar pengendali” dalam Teori Feminis Hitam (2000) diterapkan (misalnya, “Mammy”, “Jezebel”, “Ibu Welfare”) untuk mengkritik dan memahami bagaimana stereotip tentang hijab, warna kulit, dan peran kerja Najwa selama berada di London. Menggunakan metode kualitatif dari Miles et al. (2014), studi ini menggunakan analisis teks mendalam terhadap narasi narator dan ucapan karakter. Proses pengumpulan data hanya mencakup satu teknik yaitu pembacaan mendalam/pemikiran kritis melalui skimming dan scanning untuk mengidentifikasi beberapa tema kunci. Data dikumpulkan dengan memilih dan menyederhanakan kutipan-kutipan relevan dari novel untuk menyoroti interaksi antara ras, gender, dan agama. Tampilan data dilakukan melalui kategorisasi sistematis dan analisis pengalaman Najwa, memungkinkan pemahaman yang jelas tentang pola-pola dalam teks. Kemudian, kesimpulan ditarik dan diverifikasi dengan memastikan koherensi dengan Teori Ras Kritis dan studi-studi sebelumnya. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa identitas Najwa terfragmentasi oleh tumpang tindih bias rasial, gender, dan agama, memaksanya untuk menginternalisasi stereotip dehumanisasi sementara iman dan ketahanannya membalikkan narasi reduktif. Persepsi masyarakat dalam novel ini memperkuat hierarki sistemik: identitas Muslimnya dirasialisasi melalui interaksi Islamofobia, tenaganya dieksploitasi secara ekonomi di bawah stereotip gender “Mammy”, dan praktik keagamaannya dipolitikkan di ruang publik London. Teori Ras Kritis menyoroti ketidaksetaraan sistemik dalam hierarki tenaga kerja dan ruang publik, sementara “citra pengendali” Collins menangani stereotip gender yang mengekspos penghapusan individualitasnya oleh masyarakat dan kontrol sosial.


Deskripsi Lain

This study addresses the intersecting systems of race, gender, and religion constructed in Leila Aboulela’s Minaret and their role in shaping the marginalization, agency, and societal hierarchies experienced by the major character, Najwa. A Sudanese Muslim woman of color displaced from privilege in Khartoum to subjugation a domestic worker in London. Najwa’s journey reflects the compounded effects of racialized, gendered, and religious oppression. Using Critical Race Theory (2001), this study explores how systemic inequities rooted in these intersections of race, gender, and spiritual experiences contribute to her marginalization a Muslim woman of color. Collins’ concept of “controlling images” in Black Feminist Theory (2000) is applied (e.g., “Mammy”, “Jezebel”, “Welfare Mother”) to critique and understand how stereotypes hyper scrutinize Najwa’s hijab, skin color, and labor roles.rnrnUtilizing the qualitative method of Miles et al. (2014), the study employs close reading of the narrator’s narration and the character’s utterances. The data collection process only includes one technique which is close reading/critical thinking through skimming and scanning to identify some key themes. The data are collected by selecting and simplifying relevant excerpts from the novel to highlight the intersection of race, gender, and religion. Data display is conducted through systematic categorization and analysis of Najwa’s experiences, allowing for a vivid understanding of patterns within the text. Then, conclusions are drawn and verified by ensuring coherence with Critical Race Theory and the previous studies.rnrnThe findings reveal that Najwa’s identity is fragmented by overlapping racial, gendered, and religious biases, compelling her to internalize dehumanizing stereotypes while her faith and resilience subvert reductive narratives. Societal perceptions in the novel reinforce systemic hierarchies: her Muslim identity is racialized through Islamophobic interactions, her labor is economically exploited under gendered “Mammy” stereotypes, and her religious practices are politicized in London’s public spaces. Critical Race Theory highlights systemic inequities in labor hierarchies and public spaces, while Collins’ “controlling images” address gender stereotypes exposing societal erasure of her individuality and social control.