Anda belum Log-in!
Silahkan Log in
Selamat Datang di Portal Digital Content Publisher
Sabtu , 23 November 2024
Perpustakaan sebagai jantung pendidikan tinggi di Indonesia, harus mampu memberi kontribusi yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.
di-posting oleh imam pada 2020-08-31 10:31:19 • 809 klik
PENGARUH INTENSITAS PENYEMPROTAN HORMON AUKSIN DAN GIBERELIN PADA PERTUMBUHAN TANAMAN STROBERI ( Fragaria x ananassa ) DI BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA (BALITJESTRO)
disusun oleh MUCHAMAD MUCHLIS NUR HAKIM
Subyek: | INTENSITAS PENYEMPROTAN HORMON AUKSIN HORMON GIBERELIN PERTUMBUHAN TANAMAN STROBERI |
Kata Kunci: | INTENSITAS PENYEMPROTAN HORMON AUKSIN HORMON GIBERELIN PERTUMBUHAN TANAMAN STROBERI |
[ Anotasi Abstrak ]
Kabupaten Malang khususnya kota batu merupakan daerah tropis dengan iklim basah. Secara astronomis kota Batu terletak pada posisi 112°17’10,90”-122°57’11” bujur timur dan 7°44’55,11” - 8°26’35,45 lintang selatan. Kota batu terletak 800 meter di atas permukaan laut dengan topografi daerah pegunungan. Dengan kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan kota batu terkenal sebagai daerah dingin. Kota batu memiliki suhu harian 18-32°C dan curah hujan rata-rata 875-3000 mm per tahun. Kondisi tersebut menjadikan kota Batu cocok untuk pengembangan berbagai komoditi tanaman sub tropis terutama buah dan holtikultura. Stroberi (Fragaria sp.) merupakan jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat. Stroberi disukai banyak orang karena warnanya yang menarik dan rasanya yang segar. Stroberi tidak hanya dapat langsung di konsumsi namun juga sebagai bahan olahan untuk produk lain seperti selai, sirup, manisan, dan makanan ringan lainya. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian yang semakin maju, kini stroberi mendapat perhatian pengembangannya di daerah beriklim tropis termasuk Indonesia. Produksi stroberi terus meningkat dari tahun ke tahun, budidaya stroberi telah dicoba oleh beberapa petani di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Malang, Bali, dan Sulawesi. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi stroberi Indonesia tahun 2009 sebesar 19.132 ton dan mengalami peningkatan produksi 29,87% (5.714 ton) pada tahun 2010 yaitu mencapai 24.846 ton, tahun 2011 produksi stroberi meningkat lagi menjadi sebesar 41.035 ton dengan presentasi peningkatan 68%, hal ini menunjukkan Indonesia mempunyai potensi untuk mengembangkan tanaman stroberi baik sebagai buah segar maupun hasil olahan. Menurut Hanif (2015) tanaman stroberi tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun dengan lama penyinaran 8-10 jam/hari. Suhu optimal untuk budidaya stroberi yaitu 17-20°C dan kelembapan udara 80-90%. Media tanam yaitu tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik, pH tanah antara 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah pH 6.5-7.0 dan ketinggian tempat 1000-1.500 mdpl. Faktor lingkungan merupakan syarat primer dalam keberhasilan budidaya, baik dilahan maupun greenhouse. Selain faktor lingkungan, dalam budidaya aspek terpenting yang perlu diperhatikan yaitu kecukupan hara, pengendalian hama, dan hormonal yang diberikan secara eksogen Zat pengatur tumbuh atau hormon tumbuh merupakan fitohormon yang diperlukan tumbuhan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Banyak macam zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam abisat. Auksin dan giberelin merupakan contoh hormon yang sering digunakan dalam kegiatan budidaya. Secara umum fungsi dari hormon trsebut adalah memacu, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan dan pergerakan tanaman. Semakin berkembangnya bioteknologi kini hormon bahkan dapat diproduksi secara sintetik. Dalam prakteknya, petani lebih memilih menggunakan hormon sintetik karena dianggap lebih mudah dan berdampak signifikan daripada hormon alami dari ekstrak tanaman pada fase vegetatif dan generatif. Auksin merupakan hormon tumbuh yang diproduksi pada beberapa bagian tanaman seperti pucuk daun, pucuk batang, pucuk akar dan semua bagian pucuk tanaman. Pemberian auksin dalam dosis tertentu dapat membantu percepatan pertumbuhan tanaman. Pengaruhnya pada perpanjangan akar, pertumbuhan batang, dan pertumbuhan buah. Giberelin atau yang biasa disebut GA3 merupakan hormon pertumbuhan yang berfungsi untuk merangsang munculnya bunga, pemanjangan batang dan pembungaan serempak pada tanaman. Pengaplikasian kedua hormon tersebut secara tepat dapat memberikan hasil yang nyata pada kegiatan budidaya. Berdasarkan besarnya peran hormonal pada tanaman maka penulis melakukan penelitian untuk menguji keterkaitan hormon pada pertumbuhan dengan judul “ pengaruh intensitas penyemprotan hormon auksin dan giberelin pada fase vegetatif dan generatif tanaman stroberi ( fragaria x ananassa ) “ yang bertempat di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO).
Kontributor | : Syaiful khoiri, SP., M.Si. |
Tanggal tercipta | : 2020-04-28 |
Jenis(Tipe) | : Text |
Bahasa | : Indonesia |
Pengenal(Identifier) | : TRUNOJOYO-KP-170311100011 |
No Koleksi | : 170311100011 |
Download File Penyerta (khusus anggota terdaftar)
1. TRUNOJOYO-KP-19824-170311100011-Laporan Praktik Kerja Lapang Muchamad Muchlis Nur Hakim_170311100011.pdf - 1980 KB
Dokumen sejenis...
Tidak ada !
Dokumen yang bertautan...
- RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KANDUNGAN ASIATIKOSIDA PEGAGAN (Centella asiatica. L.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KOTORAN SAPI DI BAWAH NAUNGAN
- RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM DI MADURA
- Pengaruh Konsentrasi IBA dan GA3 Terhadap Pertumbuhan Pembibitan Tanaman Sambiloto.
- Implementasi Algoritma Genetika dan Lindenmayer System untuk Pembuatan Tanaman Cabai pada Game Pemeliharaan Tanaman
- Pengaruh Kombinasi Media Tanam dan Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L)
Kembali ke Daftar