Pulau Madura adalah salah satu penghasil garam terbesar di Indonesia. Namun rendahnya harga garam dipasar membuat produktivitas petani mengalami penurunan, sehingga berdampak pada kinerja petani juga. Banyaknya indikator yang digunakan dalam mengukur petani garam menyulitkan kerja dinas perikanan kabupaten bangkalan dalam menentukan keputusan yang tepat, sehingga diperlukan sebuah sistem yang dapat mengelompokkan petani garam berdasarkan kriteria yang digunakan. Kriteria tersebut berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja, modal, hasil produksi, laba usaha, jenis garam, peralatan yang dimiliki, curah hujan, kepemilikan lahan, Pendidikan, pengalaman, sistem pemasaran, cara pembayaran. Sistem tersebut dibangun menggunakan metode AHP dan ELECTRE. Metode AHP sebagai penentuan nilai pembobotan dari kriteria, sedangkan metode ELECTRE sebagai perangkingan dari hasil nilai pembobotan metode AHP. Hasil akhir yang didapat adalah berupa pengelompokan petani garam berdasarkan metode AHP dan ELECTRE sebanyak 21 petani masuk dalam Level 1, 45 petani masuk pada Level 2, sedangkan 75 petani masuk pada Level 3. Pada pengujian black box, sistem sudah berjalan dengan semestinya dan begitupun pada pengujian system usability scale dengan menyebarkan kuisioner kepada 10 responden dengan hasil akhir mendapatkan skor 77. Artinya, jika dilihat dari interpretasi SUS yaitu dengan acceptability ranges bernilai “acceptable”. Grade scale termasuk dalam C dengan keterangan adjective rating yaitu Ok.


Deskripsi Lain

Madura Island is one of the largest salt producers in Indonesia. But the low price of salt in the market, the productivity of farmers has decreased, so that it has an impact on the performance of farmers also. The number of indicators used to measure salt farmers makes it difficult for the office to work Bangkalan district fisheries in determining the right decision, so we need a a system that can classify salt farmers based on the criteria used. Criteria These are in the form of land area, number of workers, capital, production results, operating profits, types of salt, equipment owned, rainfall, land ownership, education, experience, marketing system, payment method. The system was built using the AHP and ELECTRE methods. AHP method the determination of the weighting value of the criteria, while the ELECTRE method ranking of the results of the weighting value of the AHP method. The final result obtained is in the form of the grouping of salt farmers based on the AHP and ELECTRE methods many 21 farmers entered in Level 1, 45 farmers entered at Level 2, while 75 farmers entered at Level 3. At black box testing, the system is running properly and the same is true for system testing usability scale by distributing questionnaires to 10 respondents with the final result getting a score of 77. That is, when viewed from the SUS interpretation, namely the acceptability ranges of "acceptable". The grade scale is included in C with the description of the adjective rating that is Ok.

• PENGOLAHAN LIMBAH GARAM (BITTERN) MENJADI STRUVITE DENGAN PENGONTROLAN PH
• PENGOLAHAN LIMBAH GARAM (BITTERN) MENJADI PUPUK STRUVITE DENGAN JENIS BASA KUAT YANG BERBEDA
• RANCANG BANGUN SISTEM PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE FUZZY - DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (F-DEA)
• FLUKTUASI KADAR KEPEKATAN AIR LAUT PADA KADAR NATRIUM KLORIDA (NaCl)HASIL GARAM DI TIGA LOKASI TAMBAK GARAM RAKYAT KECAMATAN PANGARENGAN SAMPANG
• KANDUNGAN NaCl DAN H2O GARAM RAKYAT PADA MEDIA PENYIMPANAN BERBEDA