Anda belum Log-in!
Silahkan Log in
Selamat Datang di Portal Digital Content Publisher
Senin , 07 July 2025
Perpustakaan sebagai jantung pendidikan tinggi di Indonesia, harus mampu memberi kontribusi yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.
di-posting oleh imam pada 2022-06-29 07:48:00 • 152 klik
IDENTIFIKASI JENIS VEGETASI DAN INDEKS NILAI PENTING MANGROVE DI CLUNGUP MANGROVE CONSERVATION (CMC) TIGA WARNA CLUNGUP 2 BAGIAN BARAT YAYASAN SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG
disusun oleh MOH WASIL
Subyek: | VEGETASI INDEKS NILAI MANGROVE CLUNGUP MANGROVE CONSERVATION (CMC) TIGA WARNA CLUNGUP 2 BAGIAN BARAT YAYASAN SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG |
Kata Kunci: | VEGETASI INDEKS NILAI MANGROVE CLUNGUP MANGROVE CONSERVATION (CMC) TIGA WARNA CLUNGUP 2 BAGIAN BARAT YAYASAN SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG |
[ Anotasi Abstrak ]
Hutan mangrove tersebar luas di dunia, terutama di sekitar khatulistiwa wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Hutan mangrove di dunia meliputi area seluas kurang lebih 16.530.000 hektare yang tersebar di benua Asia sebesar 7.441.000 hektare, di benua Afrika sebesar 3.258.000 hektare, dan di benua Amerika sebesar 5.831.000 hektare. Adapun luasan hutan mangrove di Indonesia dilaporkan seluas 3.735.250 hektare. Oleh karena itu, kawasan hutan mangrove di Indonesia membentuk hampir 50% dari luas hutan mangrove di Asia dan hampir 25% dari luas hutan mangrove dunia (Haris, 2014). Poedjirahajoe et al. (2017) menyatakan bahwa hutan mangrove adalah sumber daya alam iklim tropis dengan beberapa keunggulan, baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi maupun ekologi. Hutan mangrove merupakan jenis ekosistem yang tidak terpengaruh oleh iklim, namun jenis tanah merupakan faktor yang sangat dominan dalam pembentukan ekosistem ini. Hutang mangrove merupakan jenis hutan yang terdapat di daerah pasang surut, yaitu komunitas vegetasi yang didominasi oleh kandungan garam tinggi seperti pantai lindung, laguna, dan muara. Hutan mangrove merupakan sistem multiorganisme yang tersusun atas vegetasi hutan mangrove, hewan, dan mikroba yang berinteraksi bersama di lingkungan. Vegetasi mangrove merupakan ekosistem yang sangat kompleks karena terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi di dalam dan di luar pertumbuhan dan perkembanganya (Khairunnisa et al., 2020). Kawasan hutan mangrove memiliki peranan penting dalam segi fisik, biologi, maupun penguatan ekonomi masyarakat pesisir. Beberapa peran hutan mangrove dari segi fisik antara lain menjaga agar garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, menahan badai atau angin kencang dari laut, menahan hasil proses penimbunan lumpur sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru, menjadi wilayah penyangga serta berfungsi menyaring air laut menjadi air darat yang tawar, mengelola limbah beracun dan menghasilkan oksigen (02) dan menyerap karbon dioksida (C02). Peran biologi hutan mangrove antara lain menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan; menjadi tempat pemijahan dan perkembanganbiakan ikan-ikan, kerang, kepiting, dan udang; menjadi tempat berlindung, bersarang, dan perkembangbiakan burung dan satwa liar; menjadi sumber plasma nutfah dan sumber genetik; serta menjadi habitat alami bagi beberapa jenis biota perairan (Imaduddien & Krisnadi, 2016). Hutan mangrove berperan sebagai salah satu penunjang perekonomian masyarakat pesisir, yaitu sebagai lahan untuk produksi pangan dan penghasil kayu bakau yang mempunyai nilai ekspor tinggi untuk bahan baku dan bahan bagunan, pupuk, bahan baku kertas, bahan makanan, bahan obat-obatan, minuman, peralatan rumah tangga, bahan baku tesktil, kulit, lilin, dan madu. Selain itu, ekosistem mangrove memberikan manfaat bagi masyarakat melalui kegiatan rekreasi, tempat memancing, dan ekowisata pesisir. Kegiatan ini dapat meningkatkan pendapatan untuk pelestarian alam serta menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat sekitar (Wahyuni et al., 2014). Akan tetapi, peran hutan mangrove untuk penguatan sisi ekonomi masyarakat ini tidak didukung dan tidak sebanding dengan tingkat kerusakan hutan mangrove di Indonesia yang sangat luas sehingga luas ekosistem mangrove diperkirakan telah berkurang sebesar 2,15 juta hektare dari total sebelumnya. Kerusakan hutan mangrove mernjadi masalah serius yang kini sedang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia (Sani et al., 2019). Apabila terdapat kerusakan ekosistem, maka kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya berbagai spesies fauna yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Zamdial et al. (2021) menyatakan bahwa tumbuhan mangrove umumnya dapat beradapatasi terhadap kondisi pantai yang memiliki salinitas tinggi, walaupun tidak semua pantai dapat ditumbuhi mangrove. Hal ini dikarenakan pertumbuhan mangrove memiliki persyaratan tertentu seperti kondisi pantai yang terlindungi, relatif tenang, dan mendapat sedimen dari muara sungai. Wilayah pesisir pantai di Kabupaten Malang mempunyai pantai yang berhadapan langsung dengan wilayah mangrove yang dikenal dengan kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC). Kawasan CMC memiliki potensi ekonomi besar yang diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu hasil hutan, perikanan, dan pantai (perairan dangkal) yang dijadikan sebagai tempat wisata alam dengan formasi geografis pesisir bervegetasi mangrove, terumbu karang, serta panorama perbukitan khas pesisir selatan Jawa (Pamoengkas & Zamzam, 2018). Keanekaragaman jenis mangrove dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana wisata dan penyangga perlindungan wilayah pesisir pantai, serta sebagai sumber pakan habitat biota laut (Poedjirahajoe et al., 2017). Jenis vegetasi penyusun ekosistem mangrove di pantai selatan sangat beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Jati dan Pribadi (2017) hanya melaporkan keanekaragaman dari empat jenis mangrove yang terdapat di daerah pesisir pantai selatan Kabupaten Bantul meliputi Avicennia sp. (60%), Rhizophora sp. (20%), Bruguiera sp. (10%), dan Nypa frutican (10%). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Senoaji et al. (2016) juga melaporkan keanekaragaman 9 jenis mangrove yang ditemukan di wilayah pesisir Kota Bengkulu, yaitu Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnoriza, Xylocarpus granatum, Avicennia alba, Hibiscus tiliaceus, Lumnitzera littoreae, Ceriops tagal, dan Acrostichum aureum. Baharuddin & Amri, (2020) juga melaporkan komposisi vegetasi mangrove yang ditemukan di Pantai Cengkrong Desa Karanggandu Kabupaten Trenggale. Terdapat 12 jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Avicennia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Xylocarpus granatum, Lumnitczera racemosa dan Nypa fruticans. Indeks Nilai Penting (lNP) merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominasi spesies dalam komunitas mangrove serta merefleksikan keberadaan peran (dominansi) dan struktur vegetasi mangrove di suatu lokasi. Apabila INP suatu jenis vegetasi mangrove bernilai tinggi, maka jenis tersebut sangat mempengaruhi kestabilan jenis penyusun ekosistem. Hasil analisis indeks nilai penting (INP) yang dilakukan oleh Warpur (2018) menunjukkan bahwa jenis R. Apiculata memiliki INP tertinggi di antara jenis lainnya yaitu 53,33% untuk tingkat pohon; kemudian 55,66% untuk tingkat pancang; serta 42,30% untuk tingkat semai. Sedangkan jenis Xylocarpus granatum merupakan jenis dengan INP terkecil, yaitu 20,34% untuk tingkat pohon; 20,32% untuk tingkat pancang, dan 7,75% untuk tingkat semai. Data terkait jenis-jenis vegetasi mangrove dan penghitungan Indeks Nilai Penting (INP) mangrove di CMC Tiga Warna Clungup 2 Bagian Barat Yayasan Sendang Biru Kabupaten Malang masih belum dilaporkan dan belum ditemukan informasi yang cukup jelas. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kegiatan PKL yang tidak hanya bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi hutan mangrove dengan beberapa parameter yang diamati, tetapi juga bertujuan untuk menghitung dan menentukan nilai Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap jenis vegetasi hutan mangrove yang terdapat di CMC Tiga Warna Clungup 2 Bagian Barat Yayasan Sendang Biru Kabupaten Malang.
Kontributor | : Abdus Salam Junaedi, S.Si., M.Si |
Tanggal tercipta | : 2022-04-27 |
Jenis(Tipe) | : Text |
Bahasa | : Indonesia |
Pengenal(Identifier) | : TRUNOJOYO-KP-190351100027 |
No Koleksi | : 190351100027 |



Tidak ada !

- PERBANDINGAN INDEKS NILAI PENTING (INP) EKOSISTEM MANGROVE DI PERAIRAN KWANYAR DAN AROSBAYA KABUPATEN BANGKALAN
- STUDI DIAMETER BATANG DAN PERAKARAN MANGROVE UNTUK PENENTUAN JARAK TANAM PADA KAWASAN KONSERVASI
- INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE DI DESA JUNGANYAR, DESA DAKIRING, DAN DESA BULUH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN
- ANALISIS KELAYAKAN EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI KAWASAN PERENCANAAN EKOWISATA DI DESA TENGKET KECAMATAN AROSBAYA
- IDENTIFIKASI MANGROVE DI KAWASAN WISATA ANYAR MANGROVE (WAM) GUNUNG ANYAR SURABAYA
