Risiko secara umum diartikan sebagai suatu kemungkinan dari suatu kejadian yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau obyek. Risiko pada perusahaan manufaktur antara lain terjadi pada proses pengadaan material yang berkaitan dengan supplier. Risiko yang terjadi dalam pengadaan material antara lain tidak tepatnya dalam melakukan pemesanan, kesalahan spesifikasi, kesalahan prosedur, keterlambatan mengirim barang dan kesalahan memilih supplier akan mengakibatkan proses produksi menurun, biaya perbaikan meningkat, dan waktu produksi yang hilang. Selain itu, kesalahan/kegagalan tersebut tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi dan berapa kerugian yang disebabkan oleh kegagalan tersebut. Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) disini merupakan metode untuk mengevaluasi risiko yang terjadi sehingga diperoleh nilai RPN (Risk Priority Number) untuk prioritas risiko. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dan Benefit Cost Ratios digunakan untuk pemilihan supplier. Dari hasil evaluasi risiko diperoleh prioritas risiko berdasarkan nilai RPN bahwa yang memiliki nilai paling tinggi yaitu kesalahan spesifikasi barang dengan skor 45. Oleh karena itu, risiko ini perlu mendapat penanganan atau perhatian lebih dulu dari perusahaan. Dengan pertimbangan selisih bobot antara AHP dan Benefit Cost Ratios maka yang terpilih menjadi supplier efektif adalah supplier 2.