Penelitian ini menganalisis transformasi sosial kesenian Ondel-ondel pada komunitas Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) di Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Kesenian tradisional Betawi yang pada awalnya memiliki makna sakral sebagai penolak bala dan penjaga kampung kini mengalami pergeseran fungsi menjadi alat untuk mencari nafkah, terutama melalui kegiatan mengamen. Pergeseran ini tidak hanya mengubah makna budaya Ondel-ondel dari nilai sakral menjadi yang lebih bersifat ekonomi dan komersial, tetapi juga menciptakan dinamika sosial yang kompleks di kalangan masyarakat. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, penelitian ini berupaya menganalisis pandangan komunitas Forkabi terhadap fenomena ini. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transformasi ini merupakan bagian dari proses sosial disosiatif yang ditandai dengan munculnya konflik akibat perebutan wilayah mengamen. Faktor-faktor seperti migrasi, tuntutan ekonomi, masuknya budaya asing, dan pergeseran nilai sakralitas menjadi pemicu utama terjadinya perubahan ini. Meskipun demikian, peran Forkabi menjadi krusial dalam upaya melestarikan dan mengedukasi masyarakat, khususnya pengamen Ondel-ondel, tentang nilai dan fungsi asli kesenian tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa transformasi kesenian Ondel-ondel adalah cerminan dari interaksi sosial yang dinamis dalam masyarakat perkotaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat untuk merumuskan solusi yang lebih baik demi menjaga kelestarian budaya tradisional di tengah modernisasi.


Deskripsi Lain

This research analyzes the social transformation of the Ondel-ondel art form within the Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) community in Kampung Rambutan, East Jakarta. This traditional Betawi art, which originally held a sacred meaning a ward-off of evil and a guardian of the village, has shifted its function to a more worldly and commercial purpose, primarily for earning a living through street performing. This shift has not only changed the cultural meaning of Ondel-ondel from sacred to more economy and commercial, but has also created a complex social dynamic within the community. Using a qualitative approach with a case study method, this research aims to analyze the Forkabi community's perspective on this phenomenon. Data was collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The findings indicate that this transformation is part of a dissociative social process, marked by conflicts arising from the struggle for street performing territories. Factors such migration, economic demands, the influx of foreign cultures, and the erosion of sacred values are the main triggers for this change. Nevertheless, the role of Forkabi has become crucial in the effort to preserve and educate the community, especially the Ondel-ondel street performers, about the original values and functions of the art form. This research concludes that the transformation of the Ondel-ondel art form is a reflection of the dynamic social interactions in urban society. This study is also expected to provide input for the government and the community to formulate better solutions for preserving traditional culture amidst modernization.

• Proses Sosial Transformasi Kesenian Ondel-Ondel Terhadap Forum Komunikasi Anak Betawi (Studi Kasus di Kampung Rambutan Kota Jakarta Timur)