Anda belum Log-in!
Silahkan Log in
Selamat Datang di Portal Digital Content Publisher
Senin , 21 July 2025
Perpustakaan sebagai jantung pendidikan tinggi di Indonesia, harus mampu memberi kontribusi yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.
di-posting oleh 100531100041 pada 2014-08-15 22:39:42 • 702 klik
Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Tokoh Syaiful Sebagai Transgender Dalam Film Lovely Man
Semiotic Analysis Roland Barthes of Syaiful’s character as Transgender of Lovely Man movie
disusun oleh DESI ANNA WATI
Subyek: | Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Tokoh Syaiful Sebagai Transgender Dalam Film Lovely Man |
Kata Kunci: | Transgender Film Lovely Man Semiotika Roland Barthes Transgender Lovely Man Movie Semiotics ‘ Roland Barthes |
[ Anotasi Abstrak ]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana analisis semiotika transgender yang diperankan oleh tokoh Syaiful dalam film tersebut. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes dengan penandanya yaitu : denotasi, konotasi dan mitos. Objek penelitiannya adalah scene-scene dan dialog tokoh Syaiful dalam film Lovely Man yang dipilih sesuai tujuan penelitian. Sumber data yang digunakan meliputi film Lovely Man, buku-buku, jurnal ilmiah, internet, dan literatur lainnya. Sedangkan untuk keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi data untuk menguji validitas dan reliabilitas penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah analisis semiotika transgender dalam film dimaknai secara denotasi, konotasi dan mitos. Secara denotasi transgender digambarkan dengan karakteristik penampilan tokoh Syaiful yang menggunakan barang-barang milik perempuan, seperti : bra, gaun seksi, sepatu hak tinggi, tas hitam, gelang dan lipstick yang dia gunakan untuk merias diri. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi fisik dirinya sebagai laki-laki yang memiliki tubuh yang kekar, lengan yang berotot dan juga rahang yang kuat. Secara konotasi transgender dimaknai sebagai individu yang sangat kuat dengan sifat feminism. Ketidaknormalan Syaiful sebagai individu feminism itulah yang menjadi bentuk penyimpangan sosial yang dia lakukan di dalam kehidupan masyarakat sosial. Sedangkan, tanda mitos dari hasil penelitian ini adalah ketidaknormalan seorang transgender adalah aib atau dosa yang harus dihindari. Dosa yang dimaksud adalah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan. Sedangkan dalam agama tidak ada kelamin ketiga selain laki-laki dan perempuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sering terjadi penolakan ,pengucilan bahkan kekerasan baik secara fisik ataupun seksual yang diberikan oleh masyarakat terhadap transgender.
Deskripsi Lain
Purposed of this research is understood that why semiotic analysis transgender used by Syaiful’s character of its movie. Analyzed of this research is used semiotics ‘Roland Barthes theories followed as: denotation, connotation, and myth. Object of this study are scripts and scenes of Syaiful’s characters of Lovely Man movie which is chosen based on the research. Source of the data is used related in Lovely Man movie, books, journals, internet, and other literatures. This research methodology is used data triangulation to assign validity and reliability of this study. The results of this study are transgender in the film semiotic analysis interpreted denotation, connotation and myth. Applied denotation transgender character is described by the characteristic appearance Syaiful which uses the belongings of women, such as bra, sexy dresses, high heels, black bag, necklace and lipstick that he used to make up yourself. It is inversely proportional to the physical condition himself as a man who has a muscular body, muscular arms and powerful jaws. Applied connotations transgender interpreted as a very strong individual with a feminine nature. Abnormalities Syaiful as an individual that is the feminine form of social deviation is he doing in the social life of the community. Meanwhile, signs of the myth of the results of this research are a transgendered abnormalities are a disgrace or a sin to be avoided. Sin in question is changing the God-given nature. Whereas in religion there is no third sex besides men and women in human life. Therefore, frequent rejection, ostracism and even violence either physically or sexually given by the transgender community.
Kontributor | : Dinara Maya Julijanti, S.Sos.,M.Si ; Sri Wahyuningsih, S.Sos.,M.Si |
Tanggal tercipta | : 2014-08-07 |
Jenis(Tipe) | : Text |
Bentuk(Format) | |
Bahasa | : Indonesia |
Pengenal(Identifier) | : TRUNOJOYO-Tugas Akhir-5776 |
No Koleksi | : 100531100041 |
Sumber :
DESI ANNAWATI











Tidak ada !

