Anda belum Log-in!
Silahkan Log in

Selamat Datang di Portal Digital Content Publisher
Sabtu , 18 May 2024

Perpustakaan sebagai jantung pendidikan tinggi di Indonesia, harus mampu memberi kontribusi yang berarti bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.

TRUNOJOYO » KP&PKL » Manajemen Sumberdaya Perairan
di-posting oleh imam pada 2021-07-30 11:37:33  •  313 klik

METODE PEMBIBITAN MANGROVE JENIS Rhizophora mucronata, Avicennia alba, dan Avicennia marina DI DESA PENUNGGUL KECAMATAN NGULING KABUPATEN PASURUAN
disusun oleh ALFIATUS SADIYAH

SubyekPEMBIBITAN MANGROVE
Rhizophora mucronata
Avicennia alba
Avicennia marina
Kata KunciPEMBIBITAN MANGROVE
Rhizophora mucronata
Avicennia alba
Avicennia marina

[ Anotasi Abstrak ]

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairannya lebih besar daripada luas wilayah daratannya, oleh sebab itu Indonesia disebut dengan negara maritim. Indonesia memiliki kurang lebih 17 ribu pulau yang meliputi Pulau besar dan Pulau kecil dengan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas daratannya kurang lebih sekitar 1, 93 juta km² (Sukardjo, 1996). Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia (18-23%) melebihi negara-negara lainnya, Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding et al., 1997), tetapi pernyataan tersebut memilki data pengukuran yang berbeda-beda. Giesen (1993) menyebutkan bahwa luas mangrove yang ada di Indonesia kurang lebih 2,5 juta ha. Spalding et al (1997) menyatakan bahwa luas mangrove di Indonesia 4,5 juta ha. Pada umumnya mangrove banyak di temukan pada kepulauan Indonesia, dan mangrove terluas yaitu pada Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha (38%), Kalimantan 978.200 ha (28%), dan Sumatera 673.300 ha (19%) (Dit. Bina Program INTAG, 1996). Meskipun di Indonesia memiliki kawasan mangrove terluas, tetapi kenyataannya pada saat ini banyak yang masih tidak sadar akan pentingnya tumbuhan mangrove. Pada wilayah pantai dapat dijumpai hutan mangrove yang memiliki beragam jenisnya. Hutan mangrove merupakan ekosistem tumbuhan pesisir yang selalu terkena pasang surut air laut dan memiliki manfaat atau fungsi yang sangat besar untuk lingkungan sekitarnya, baik fungsi secara ekonomi maupun ekologi. Hutan mangrove tumbuh berbatasan dengan daratan pada jangkauan air laut pasang tertinggi, dan ekosistem mangrove tersebut merupakan daerah peralihan yang pastinya dipengaruhi oleh faktor-faktor darat dan laut. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam (salinitas) yang tinggi, dan tanah yang kurang stabil. Adapun dengan kondisi lingkunyan yang seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk dapat mengeluarkan garam dari jaringannya. Mangrove banyak yang di salah gunakan untuk kepentingan 2 individu masing-masing, tanpa harus memikirkan lingkungan sekitarnya dan manfaat untuk masa depannya. Kabupaten Pasuruan merupakan sebuah kota yang berada di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Pada bagian selatan kota ini termasuk ke dalam wilayah pegunungan dan bagian timur merupakan daerah pesisir. Wilayah kecamatan nguling termasuk dalam wilayah pesisir yang mayoritas sebagian besar lingkungannya berhadapan dengan laut. Hal tersebut menjadikan wilayah pesisir banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti bekerja sebagai nelayan, petambak, dan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai objek wisata. Salah satu wilayah pesisir yang ada di Kecamatan Nguling yaitu Desa Penunggul yang memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas. Hutan mangrove yang berada di Desa Penunggul merupakan hutan mangrove yang sengaja di tanam oleh salah satu tokoh masyarakat pada desa tersebut, yaitu Bapak Mukarim. Kecamatan Nguling merupakan wilayah yang mengalami peningkatan luasan hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan dari 3,5 ha pada tahun 1985, dan meningkat menjadi 84,6 ha pada tahun 2005 (Harahab, 2009). Wilayah pesisir Desa Penunggul Kecamatan Nguling sebelumnya merupakan area pertambakan hasil dari konversi Kawasan mangrove dan sangat jarang sekali untuk ditumbuhi oleh tanaman, bahkan hampir setiap tahun terjadi abrasi yang mendekat ke daerah pemukiman warga. Tetapi sekarang pesisir Kecamatan Nguling, khususnya Desa Penunggul dipenuhi oleh rimbunnya hutan mangrove. Desa Penunggul yang terdapat banyak mangrove juga dijadikan tempat sebagai pembibitan mangrove. Mangrove yang terdapat di desa nguling terdapat berbagai jenis mangrove antara lain Rhizophora mucronata, Avicennia alba dan Avicennia marina, mangrove tersebut di Desa Nguling dilakukan pembibitan. Pembibitan merupakan suatu proses untuk menumbuhkan serta mengembangkan benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Yona et al. (2018) berpendapat bahwa pembibitan dilakukan dengan memanfaatkan buah mangrove yang telah masak. Buah pada mangrove Avicennia alba dan Avicennia marina yang dipilih untuk pembibitan yaitu buah yang kulitnya telah terbuka atau yang telah berwarna kekuningan. Buah Rhizophora mucronata yang dipilih sebagai bibit yaitu pada 3 ujung bagian atas sudah berbentuk cincin dan tutupnya sudah dapat dilepaskan, telah matang serta warna buahnya hijau tua atau kecoklatan dengan cincin (kotiledon) berwarna kuning (Yona et al., 2018).

Kontributor: Abdus Salam Junaedi, S.Si., M.Si
Tanggal tercipta: 2021-07-27
Jenis(Tipe): Text
Bahasa: Indonesia
Pengenal(Identifier): TRUNOJOYO-KP-180351100019
No Koleksi: 180351100019


 Download File Penyerta (khusus anggota terdaftar)

 File PDF  1. TRUNOJOYO-KP-21302-180351100019-PKL_ALFIATUS SADIYAH_180351100019.pdf - 2947 KB


 Dokumen sejenis...

     Tidak ada !

 Dokumen yang bertautan...





 Kembali ke Daftar